DAKWAH PEMUDA DIANTARA KONTRIBUSI DAN DISTRAKSI

Indah Yunita
7 min readFeb 10, 2023

--

Tulisan ini merupakan karya yang pernah diikutsertakan dalam kompetisi menulis artikel islami tingkat nasional dalam ajang Al-Azzam Islamic Fair Tahun 2021 dan meraih Juara 1 Nasional.

Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash

Seorang pemuda memiliki potensi yang begitu besar dalam peradaban dunia. Bahkan jika kita menengok kisah-kisah sejarah yang telah terlewat, banyak sekali peran-peran pemuda didalamnya. Mari kilas balik sejenak pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, saat itu para pemuda menghadapi tekanan yang besar. Namun, mereka tetap mampu menjadi ujung tombak dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Syaikh Abdul Aziz Bin Baz pernah berkata:

“Para pemuda pada setiap umat manapun, mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Dikarenakan dia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus, dan tidak akan bangkit suatu umat umumnya kecuali ada di pundak para pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora”

Usia muda tergolong dalam usia-usia produktif dengan semangat yang menggelora dan energi positif yang terpancar. Dalam usia ini, peran dan kontribusi pemuda sangat berpengaruh penting dalam kemajuan dakwah pada suatu peradaban. Coba kita tengok bagaimana para pendahulu berkiprah dalam masa mudanya. Zaid Bin Tsabits pada masa mudanya telah dipercaya sebagai sekretaris Rasulullah, Imam Syafi’I ketika berusia 15 tahun sudah berfatwa, kemudian Muhammad Al faith sang penakluk konstantinopel yang saat itu usianya masih 21 tahun.

Para ulama pendahulu pada masa mudanya telah berkiprah sesuai dengan keahliannya masing-masing, dakwah tidak serta-merta harus berdiri diatas mimbar. Zaid bin tsabits mengobarkan semangat dakwah melalui tintanya, Imam syafi’I dengan ketajaman nalarnya, serta Muhammad Al-fatih dengan strategi politik dan kemampuan perangnya.

Maka kita sebagai pemuda juga dapat berperan dalam dakwah sesuai dengan keahlian kita masing-masing. Misalnya saja seorang ahli informatika dapat berperan dalam dakwah dengan mengembangkan aplikasi kajian, aplikasi qur’an online, atau aplikasi-aplikasi penunjang dalam berbadah yang lain. Seorang arsitek juga dapat berperan dalam dakwah dengan cara merancang desain masjid. Bahkan seorang mahasiswa yang masih belajar pun dapat mengambil peran dalam dakwah dengan menjadi panitia kajian, panitia lomba islami, atau mengurus acara-acara yang menyebarkan syi’ar islam. Kita dapat berperan dimanapun dan dalam bentuk apapun untuk mengembangkan dakwah islam.

Allah ta’ala berfirman dalam surah Muhammad ayat 7, “Wahai orang-orang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.

Maka dengan segala kontribusi yang diberikan dalam mengepakkan sayap-sayap dakwah, tentunya seorang mukmin yang ikhlas melakukannya tidak mungkin hidupnya akan menjadi susah dan sengsara. Dalam Surah At-Taubah ayat 121 Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik”.

Namun, kerap kali pemuda islam menghadapi berbagai permasalahan yang kemudian menjadi distraksi dalam mengembangkan sayap dakwahnya. Permasalahan yang sering menghampiri para pemuda diantaranya:

  1. Kesulitan dalam membagi waktu

Manajemen waktu yang buruk seringkali menjadi penyebab kurang produktifnya para pemuda. Padahal islam sendiri telah mengingatkan betapa waktu sangatlah berharga dan waktu yang kita habiskan pada masa muda nantinya akan dipertanggung jawabkan. Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu) (HR. At-Tirmidzi)”

2. Galau dengan hal-hal yang tidak penting

Masa muda terkadang dibumbui oleh masalah percintaan. Sayangnya percintaan pada waktu dan cara yang salah justru dapat menimbulkan emosi negatif seperti patah hati dan galau berkepanjangan yang menyebabkan pemuda tak lagi produktif dalam menyelesaikan perannya. Hari-hari yang ada hanya dihabiskan dengan meratapi kesedihan dan mengingat kenangan-kenangan yang terasa menyakitkan. Bayangkan saja jika mayoritas pemuda hanya sibuk dengan hal-hal yang demikian maka berapa banyak waktu dan kesempatan yang terbuang sia-sia padahal sebenarnya waktu dan kesempatan tersebut dapat digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan menunjang produktifitas pemuda dalam dakwah.

3. Insecure dan takut gagal

Usia muda juga termasuk usia-usia yang rawan dengan perasaan insecure dan takut gagal. Hal ini biasanya diawali dengan rasa minder atas kemampuan diri sendiri, atau ketika melihat keberhasilan kawan-kawan lain dalam hal duniawi. Tanpa disadari perasaan minder ini justru akan membunuh karakter semangat berjuang dan mengikis produktifitas para pemuda. Waktu yang mereka miliki hanya dihabiskan dengan meratapi kegagalan dan sedih atas keberhasilan orang lain. Padahal Hasan Al Bashri mengatakan “Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat”.

Sehingga tak perlu khawatir ketika melihat kawan kita sukses dan berhasil dalam hal duniawi, karena kita bisa berusaha menempuh jalan kesuksesan yang lain. Jalan kesuksesan yang kekal, jalan kesuksesan yang membawa kita masuk kedalam surga yakni dengan berusaha mengerahkan potensi yang kita miliki diatas jalan dakwah demi kehidupan akhirat yang kekal.

4. Salah dalam pergaulan

Salah dalam pergaulan merupakan masalah krusial dalam kehidupan para pemuda. Usia muda merupakan usia yang masih labil dalam menentukan prinsip dan keputusan. Pemuda dalam usia ini masih sibuk dalam mencari jati diri dan role model dari orang-orang terdekatnya. Jika lingkungan terdekatnya merupakan lingkungan yang buruk maka bisa jadi ia akan terbawa arus menuju kehidupan dengan kepribadian yang buruk pula, begitupun sebaliknya. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Seseorang itu mengikuti din (agama, tabiat, akhlak) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang diantara kalian memperhatikan siapa yang ia jadikan kawan dekat.” (HR. Abu Dawud no 4833; Trimidzi no 2378). Perlu diingat bahwa pemuda tidak seharusnya menjadi korban dalam suatu lingkungan, melainkan para pemuda harus mampu berusaha menjadi perancang suatu lingkungan agar lingkungan itu menjadi lingkungan yang baik bagi kehidupannya.

Distraksi-distraksi ini tentunya menjadi momok besar yang menghambat kiprah dan kontribusi pemuda dalam memperjuangkan dakwah-dakwah islam. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan dorongan baik dari dalam diri pemuda itu sendiri dan lingkungan sekitarnya agar semangat menggelora dari dalam pemuda dapat kebali bangkit untuk memperjuangkan dakwah-dakwah islam. Lalu apa sajakah hal-hal yang dapat diupayakan untuk mendorong para pemuda saat ini?

  1. Memberikan ruang bagi para pemuda untuk berkembang

Jika ruang bagi para pemuda terlalu dibatasi dan dipersempit tanpa adanya kepercayaan untuk mereka mengembangkan potensi dirinya, tentunya akan mengerdilkan semangat dan mental mereka untuk dapat terus berkontribusi. Maka ruang bagi para pemuda melalui komunitas, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan kampus dapat kembali diperluas agar para pemuda memiliki naungan untuk mengembangkan potensi dan terus berkontribusi sesuai dengan kemampuan masing-masing.

2. Memberikan dorongan untuk pemuda agar semangat menuntut ilmu

Menuntut ilmu merupakan hal yang penting bagi pemuda. Mengapa demikian? Karena sebelum beramal atau dengan kata lain melakukan suatu tindakan untuk berkontribusi, pemuda haruslah tau ilmunya terlebih dahulu. Harus tau apa yang diperbolehkan dan apa yang diharamkan. Harus paham bagaimana cara yang benar dalam melakukan sesuatu. Imam Bukhari, dalam kitab Shahih al-Bukhari, mengatakan: “Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”.

Perlu diketahui, bahwa ilmu merupakan syarat sah dari ucapan dan perbuatan. Ucapan dan perbuatan kita tiada nilainya jika tidak didasari dengan ilmu. Oleh karena itu, seorang pemuda haruslah menuntut ilmu terlebih dahulu dalam hal agama dan ilmu dunia sesuai bidang mereka agar kontribusi yang mereka berikan dilakukan dengan cara-cara yang benar dan tidak bertentangan dengan hukum agama.

3. Memberikan kepercayaan kepada para pemuda untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat

Masih banyak kita temui dalam lingkungan sekitar kegiatan-kegiatan penting yang masih ditangani penuh oleh tetua pada lingkungan masyarakat. Padahal pemuda sebenarnya bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan karena mereka masih memiliki ide-ide yang segar sesuai dengan perkembangan zaman.

Pemuda juga dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan masjid. Seringkali kita melihat imam-imam yang dipercaya mengimami sholat jamaah di masjid sekitar rumah merupakan orang-orang tua. Padahal sudah saatnya untuk melibatkan pemuda dalam hal ini, karena bisa jadi dalam lingkungan mereka ada pemuda-pemuda penghafal al-quran dengan bacaan yang baik dan benar.

4. Tidak terlalu menuntut pemuda agar sukses dalam hal duniawi pada usia-usia tertentu

Sudah menjadi rahasia umum, pemuda selalu dituntut untuk dapat sukses pada usia sekian, bekerja di perusahaan A pada usia sekian, menikah pada usia sekian, dan hal-hal lain yang seakan tiada habisnya. Apalagi jika ia merupakan anak pertama yang menjadi tumpuan harapan keluarga besarnya. Padahal segala sesuatu yang terjadi dalam linimasa kehidupan kita sejatinya telah ditur oleh Allah Subhanahu Wata’ala, maka tidak perlu kita menuntut dan memberikan tekanan baik terhadap diri dan orang lain untuk dapat mencapai sesuatu dengan target usia sekian dan sekian. Hal yang perlu dilakukan adalah berusaha sebaik mungkin agar dapat memanfaatkan waktu muda kita untuk terus berkontribusi dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

Hal yang perlu diingat adalah, pemuda dalam usianya memerlukan dukungan baik dari dalam diri sendiri dan orang-orang sekitarnya untuk dapat terus berkontribusi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Karena seorang imam syafi’i, Muhammad Al-Fatih, dan Zaid bin tsabits pun dapat meraih prestasi-prestasi mereka dalam usia muda karena mereka memiliki dorongan dari sang ibu dan lingkungan-lingkungan terdekatnya.

Jangan biarkan para pemuda dalam generasi ini terlalu larut dalam distraksi-distraksi yang membelenggu mereka sehingga menghambat kontribusi dan kiprah mereka dalam dunia dakwah. Jika dukungan selalu ada untuk mereka maka dakwah islam akan tetap berkobar dalam peradaban ini, biidzinillah.

Selanjutnya, berdoa dan memohon petunjuk serta pertolongan dari Allah sangatlah diperlukan dalam menunjang kontribusi pemuda dalam berdakwah. Karena segala sesuatu akan mustahil terjadi tanpa adanya pertolongan dari Allah subhanahu wa’taala. Jangan abaikan pula nasihat-nasihat dari orang tua dan para ulama dalam hal dakwah islam ini karena kita tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, kita adalah makhluk social yang perlu dukungan dan tolong menolong dari orang lain.

Pemuda, jangan biarkan keahlian dan pontensi yang dimilikinya sia-sia begitu saja karena pemuda memiliki energi dan semangat yang besar untuk menunjang dan mengepakkan sayap-sayap dakwah. Semoga dengan adanya semangat ini peradaban kita akan semakin berkembang di tangan para pemuda.

--

--